Sebuah kampanye dengan judul “SHUTA” (Sexual Health Uncencorsed: Talks and Awareness) merupakan gerakan dari Pemerintahan Mahasiswa Pusat Universitas Xavier: Kantor Wakil Presiden di kota Cagayan de Oro, Filipina. Gerakan ini merupakan sebuah project yang memperjuangkan pendidikan seksual oleh organisasi berbasis universitas bernama ‘Tough Conversations’. Keberhasilan project yang diadakan pun menjadi berkelanjutan dengan visi dan misi kedepan.
Kampanye ini berupaya untuk menanamkan keterbukaan pikiran pada masyarakat setempat melalui edukasi kesehatanseksual.
“Mengapa kami melakukan gerakan ini? Kami masih mahasiswa yang seharusnya fokus pada pendidikan akademis kami, tetapi kami ingin memperjuangkan sesuatu yang tertanam di dalam masyarakat saat ini,” kata Angela Jean, salah satu pemimpin Tough Conversations saat mereka mengawali cerita tentang gerakan ini kepada Twibbonize.
Pada tahun 2019, ada sekitar 183.000 remaja putri yang hamil, dan diantaranya mungkin mengalami putus sekolah, masalah kesehatan fisik, ataupun kesulitan lain dalam melanjutkan hidup mereka.
“Masalah ini harus kita atasi, kita harus membuat masa depan yang lebih baik bagi remaja kita. Lebih penting lagi, kita harus membangun kembali generasi yang mampu menghadapi masalah seksual ini, dimana orang lebih berpikiran terbuka dalam membahas masalah kesehatan seksual, dan aman bagi kita semua mengadvokasi hak-hak kesehatan seksual kita” kata Angela.
Tidak hanya kehamilan remaja yang menjadi fokus disini, namun pelecehan seksual juga kerap menjadi permasalahan yang ada. Disampaikan bahwa setiap tahunnya ada sekitar 7.462 kasus pelecehan seksual yang terjadi di perguruan tinggi, dan kita belum melihat kasus ini terjadi di luar perguruan tinggi.
Menanggapi situasi tersebut, seorang pemimpin lain dari Tough Conversations, Ed Alison mengatakan bahwa “mereka yang merupakan korban dari kurangnya kesadaran tentang pendidikan kesehatan seksual. Itu sebabnya kami melaksanakan project ini”.
“Ini sangat mengkhawatirkan. Kami ingin mengadvokasi hak-hak mahasiswa dan menyuarakan kebutuhan serta masalah kesehatan seksual ini. Kami pun kerap mendengar isu diskriminasi terhadap LGBTQ+ atau yang dilecehkan, dan dilanggar hak-nya. Jadi, kami ingin menyelesaikan masalah ini dengan menciptakan tempat yang lebih aman dan lebih baik bagi mereka yang mengalami diskriminasi dan pelecehan seksual” tambah Angela.
Seperti yang kita ketahui, di beberapa negara Asia, seks adalah sesuatu yang sensitif dan tabu untuk dibicarakan. Pemahaman yang baik mengenai seks jarang terjadi, karena seks sulit menjadi topik pembicaraan masyarakat Asia. Di Filipina sendiri, topik yang berkaitan dengan seks dipandang dengan sebutan ‘bastos‘ dan pendidikan seksual juuga sangat minim disana.
Hal inilah yang mendorong Tough Conversation untuk melanjutkan project ini. “Kesehatan seksual dianggap tabu. Disini masih sangat tradisional dan konservatif” kata Ed.

Ironinya, situasi ini telah menyebabkan orang menjadi mudah percaya, informasi yang salah dan tekah beredar pun berkontribusi terhadap tingginya tingkat kehamilan remaja dan kekerasan seksual, banyaknya kasus penyakit menular seksual seperti HIV, dan mempermalukan komunitas LGBTQ+ di Filipina.
Dengan begitu, topik yang berhubungan dengan seksual akan selalu membuat percakapan menjadi sulit bagi masyarakat Filipina. Dari situlah nama ‘Tough Conversations’ berasal. Ed dan timnya tidak ingin topik kesehatan seksual ini menjadi topik yang sulit untuk dibicarakan lagi, dan sebisa mungkin membuat isu kesehatan seksual menjadi normal untuk dibicarakan.
“Kami percaya bahwa jika remaja mendapatkan pendidikan, informasi, dan keterampilan kesehatan seksual yang akurat, faktor risiko masalah terkait kesehatan seksual dapat dikurangi,” kata Ed.
Untuk mencegah kehamilan remaja, kekerasan seksual, diskriminasi gender, serta membangun pandangan yang lebih baik tentang seksualitas, apa yang dilakukan Tough Conversations?
Tough Conversations memberikan informasi dan edukasi yang konkret dan tanpa sensor tentang kesehatan seksual dengan bekerjasama dengan para profesional dan pakar. Target audiens utama mereka adalah mahasiswa dan mahasiswi yang ada di kota mereka berada. Tough Conversations mengadvokasi hak para mahasiswa/i untuk menyuarakan kebutuhan dan masalah kesehatan seksual mereka. Sejak tahun 2020 hingga 2021, proyek ini berkembang, mejadi lebih baik, dan lebih berani, dengan rencana berkelanjutan yang mereka rancang.
Melalui media sosial, kesalahpahaman tentang seks dibahas. Mereka menyiapkan game dan webinar dengan sangat edukatif. Semua kegiatan yang diselenggarakan dibagikan di akun media sosial Tough Conversations seperti Facebook, Instagram, dan Youtube. Melalui publikasinya, Tough Conversations mencoba membantu pria dan wanita untuk menciptakan pilihan seksual yang aman dan sehat dengan membimbing remaja dalam memilih alat kontrasepsi yang tepat, membantu mereka mengidentifikasi dan membedakan tindakan pelecehan seksual, serta membantu mereka untuk menyadari orientasi seksual yang ada ditengah masyarakat.
Gerakan ini dilakukan dengan pendekatan yang positif dan respek terhadap seksualitas dan hubungan seksual karena tujuannya adalah meningkatkan kesadaran akan kesehatan seksual. Tough Conversations telah berhasil menjadi pioneer dikalangan mahasiswa di Mindanao untuk mengangkat isu kesehatan seksual.
Disini, Tough Conversations tidak mempromosikan praktik seks pranikah, melainkan membimbing remaja Filipina untuk membuat pilihan kesehatan seksual yang tepat dan bertanggung jawab guna membangun masa depan dan hubungan yang lebih baik serta mencegah hambatan-hambatan dalam kesehatan seksual atau kurangnya pendidikan seksual, terutama di Filipina sebagai salah satu negara Asia yang memiliki banyak kasus kehamilan remaja dan HIV.
Bagaimana gerakan ini dimulai?
Tough Conversations menghapus kesalahpahaman sosial dengan menyediakan platform pendidikan seksual yang ramah bagi para remaja. Melalui publikasi di media sosial mereka, Tough Conversations memulai sosialisasi dengan topik-topik yang berkaitan dengan seksual secara sangat sederhana maupun secara sangat komprehensif.

Gerakan pertamanya adalah #ToughConversations – A Discussion Series on Sexual Health yang diadakan pada bulan September 2020. Kegiatan ini terbuka untuk pertanyaan apapun mengenai kesehatan seksual. Mereka telah membahas tren dan isu-isu dalam persetujuan dan perlawanan seksual, kehamilan remaja, seks yang aman, Pencegahan dan penyadaran HIV/AIDS, identitas gender, dan orientasi seksual.

Baru-baru ini, Tough Conversations meluncurkan project lainnya pada Agustus 2021, yaitu project SHED (Sexual Health Education Desk) the Light Survey. Pengetahuan dasar individu tentang kesehatan seksual dievaluasi untuk membangun analisis dan program yang komprehensif untuk melayani kebutuhan kesehatan seksual remaja yang mendesak. Identitas para siswa yang terlibat dalam project ini pun diberi dijaga dengan anonimitas.
Peran dokter dalam kegiatan Tough Conversations dilibatkan dalam project ketiga, yaitu PillowTalks: An Introduction to Sexual Health. Kegiatan ini dilaksanakan dengan edukasi tindakan pencegahan, keamanan dan esensi kontrasepsi, serta ‘waktu yang tepat’ untuk melakukan seks. Kesalahpahaman tentang seks juga ditangani oleh bantuan profesional kesehatan, sehingga kredibilitas sumber dan informasinya pun terjamin. Twibbonize frame untuk project ini pun berhasil mendapatkan lebih dari 400 pendukung.

Pillow Talks: An Introduction to Sexual Health – oleh Tough Conversations
Link: twb.nz/pillow-talks
Pada kegiatan berikutnya, Tough Conversations menjadi platforn bagi audiens mereka untuk mengakses informasi berbasis fakta seputar kesehatan seksual. Namanya Myth Sensei Series: Membongkar Stigma Kesehatan Seksual. Serangkaian video ‘fakta atau mitos’ dengan durasi 3 menit oleh layanan kesehatan profesional telah dirilis melalui project ini untuk membangun pengaruh audiens mereka. Beberapa fakta yang dicek dan telah dibahas bahkan dibantah adalah mengenai:
- Seks Oral adalah Seks yang Aman
- Menarik Diri Sebelum Ejakulasi Aman
- Seorang Wanita Tidak Bisa Hamil Saat Pertama Kali Berhubungan Seks
- Seorang Wanita Tidak Bisa Hamil Jika Belum Menstruasi Pertama
- Selaput Darah sebagai Standar Dasar Keperawanan
- Tidak Mungkin Terjadi Kehamilan Selama Menstruasi.
Twibbonize frame project ini juga telah digunakan oleh 283 pendukung yang telah dibagikan di berbagai media sosial.

Myth Sensei Series: Debunking Sexual Health Stigmas – oleh CSG Tough Conversations
Link: twb.nz/mythsensei
Selama kegiatan kampanye tersebut, Tough Conversations terlihat selalu tampil dengan visualisasi berwarna-warni, seperti pada frame-frame yang dibagikan melalui Twibbonize dan konten media sosial mereka.
Dengan Twibbonize, Tough Conversation memperluas audiens mereka dari universitas hingga ke masyarakat di kota mereka berada. Kegiatan mereka mencapai jangkauan dan keterlibatan audiens yang lebih tinggi dengan mengadopsi pendekatan yang berbeda untuk kampanye online mereka. Antusiasme yang ada di Facebook untuk proyek ini bahkan yang mencapai total 77.000 dukungan. Dengan begitu, Tough Conversations menyadari pemanfaatan berbagai platform yang mereka gunakan sebagai saluran komunikasi kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, termasuk Twibbonize.
Seperti yang dikatakan oleh Ed, Tough Conversations merasa penting untuk menggunakan frame dalam berkampanye karena orang lebih banyak berinteraksi dengan frame. “Melalui itu, kami menyadari bahwa menggunakan frame interaktif adalah strategi untuk mengundang banyak orang untuk bergabung dengan kampanye kami. Kami benar-benar dapat memanfaatkan jangkauan kehadiran media sosial kami di seluruh media sosial melalui Twibbonize. Orang cenderung menggunakan ini karena lebih nyaman.”
Ed juga menambahkan bahwa “ini sangat berguna dan efektif dalam strategi publikasi, dengan merealisasikan strategi yang kami bangun, kami telah memastikan bahwa ada ledakan dukungan yang terjadi di Facebook”.
”Ini adalah salah satu cara untuk memvisualisasikan orang-orang yang bergabung dalam kampanye kami” tambah Shilina, Wakil Presiden Pusat Pemerintahan Mahasiswa Universitas Xavier.
“Twibbonize telah sangat membantu strategi publikasi kami, menjangkau target audiens kami, dan menciptakan kegiatan kampanye yang lebih interaktif serta ramah pengguna. Dengan Twibbonize, kami dapat membuat kampanye advokasi kami dapat diakses oleh semua orang dan memanfaatkan jaringan kami” kata Ed.
Universitas Xavier bukan satu-satunya institusi di balik proyek ini. Karena Tough Conversation telah memperluas jaringan dan kerjasama dengan beberapa institusi lain seperti Sekolah Jesuit Ateneo, institusi Pemerintah dan swasta, termasuk universitas, perguruan tinggi, dan SMA di Filipina di wilayah Luzon, Visayas, dan Mindanao. Perusahaan swasta nasional yang memproduksi produk kesehatan dengan merek seperti Premiere Condoms, EZ Lubricating Jelly, serta salah satu penyedia telekomunikasi terkemuka di Filipina, yaitu Smart, juga sempat bekerjasama dengan Tough Conversations.
Bagaimana gerakan ini berjalan sejauh ini?
“Saat pertama kali meluncurkan proyek, kami memposting publikasi yang berisi kata-kata eksplisit terkait ‘seks’. Bidang administrasi akademik kami terkejut dengan konten yang sangat eksplisit itu. Reaksinya sangat bisa dimaklumi,” begitulah awalnya kampanye ini berjalan, kata Angela. Dengan penjelasan dari tim Tough Conversations, perselisihan yang terjadi akhirnya bertemu di tengah jalan dengan bimbingan administrasi akademik.
Seiring berjalannya waktu, jumlah peserta kampanye dan keterlibatan media sosial yang meningkat, lebih dari seribu pertanyaan tentang kesehatan seksual diperoleh dari anak-anak muda di Filipina. Hal ini menunjukkan Tough Conversations berkontribusi secara signifikan bagi masyarakat dan komunitas setempat, serta mereka berada di jalan yang benar untuk mencapai harapan terbesar mereka yaitu menjadi platform pendidikan seksual terkemuka yang dipimpin oleh kaum muda di Filipina di masa mendatang.
Nazhiel Joy Lino, Direktur Penelitian dan Pengembangan Tough Conversations, yang juga merupakan ketua pelaksana project Myth Sensei Series, mengatakan bahwa dirinya pernah berada dalam posisi yang sangat sulit untuk mengadvokasi masalah kesehatan seksual ketika Ia memutuskan untuk bergabung dalam Tough Conversations. “Selain itu, menerima proyek, Myth Sensei Series juga sulit bagi saya, karena ini adalah pertama kalinya saya menjadi ketua pelaksana, dan pada waktu itu saya tidak tahu apakah saya bisa berhasil dalam menangani project seperti itu, tetapi kemudian beruntung dan luar biasa kami berhasil sampai disadari oleh Twibbonize dan mencapai titik ini”.
Nazhiel juga mengatakan bahwa “kita akan sampai pada hari dimana kesehatan seksual tidak lagi menjadi percakapan yang sulit, orang akan berpikiran terbuka dan bersedia untuk membicarakan hal ini, tapi kita tahu bahwa perubahan tidak dapat terjadi dalam satu malam, ini adalah proses bertahap.”

Sejak Tough Conversation didirikan, perjalanan tersebut telah meraih beberapa penghargaan, seperti nominasi dalam In-School Magis Awards, dimana pihak universitas mengakui inisiatif yang sesungguhnya dibutuhkan oleh para mahasiswa dari berbagai inisiasi organisasi yang ada. Angela Jean mengatakan bahwa dalam nominasi ini, Tough Conversations merupakan inisiatif pertama yang mengadvokasi kesehatan seksual disana.
Nominasi tersebut bukan satu-satunya pencapaian yang diraih Tough Conversations. Mereka telah berhasil melembagakan organisasi mereka di Pusat Pemerintahan Mahasiswa Universitas Xavier. Hal ini sempat mengejutkan banyak teman-teman dan peserta kampanye di luar universitas karena tim Tough Conversations pernah mengalami rintangan yang berkaitan dengan RUU Pendidikan Seks yang berperan dalan memastikan keberlanjutan project-project mereka di masa mendatang.
Setelah RUU ini lulus uji dan disetujui oleh Direktorat dan Presiden Pemerintah Pusat Mahasiswa, fondasi dan struktur organisasi dari inisiatif kegiatan mereka akan semakin kuat karena Tough Conversations benar-benar ingin untuk memperluas mobilisasi advokasi dari akarnya. Dengan begitu, project Tough Conversations akan dipertahankan sebagai organisasi yang dipimpin mahasiswa di Universitas Xavier. RUU itu pun akan melalui tiga proses untuk mendapatkan persetujuan Presiden Pusat Pemerintahan Mahasiswa, sehingga penetapannya tergantung pada perspektif Presiden yang bersifat subjektif. Namun, pemungutan suara legislatif tetap dapat mempengaruhi keputusan Presiden.

“Ini tidak mudah, bahkan dengan tim yang kuat, tidak semua orang benar-benar paham dengan pesannya. Walaupun begitu, kami mencoba yang terbaik untuk mengadvokasi misi dan visi kampanye kami, dan akhirnya berhasil masuk dengan RUU Pendidikan Seks, ”kata Shilina.
Kesuksesan Tough Conversation tak lepas dari solidnya kerjasama tim. Para pemimpin dari kalangan mahasiswa ini sangat bersemangat serta bersedia untuk tumbuh. Mereka memiliki keterikatan perasaan layaknya keluarga yang tidak dapat disangkal sehingga mereka selalu melakukan yang terbaik untuk mencapai visi dan misi bersama dari Tough Conversations.
Seorang mahasiswa medis, Mark Vincent, yang merupakan Director for External Affairs dari Tough Conversations juga mengadvokasi dirinya untuk LGBTQ+.
“Saya menyadari bahwa stigma seksual ini semakin menutup saya, teman-teman dan keluarga saya berada dalam stigma kesehatan seksual,” kata Mark. Jadi, dia mengatakan kepada tim Twibbonize bahwa “Saya sangat berharap bahwa di masa depan, akan lebih banyak organisasi atau universitas yang terbuka untuk menjadi bagian dari kampanye ini. Kami berharap dalam waktu dekat, advokasi ini akan menyebar keseluruh negeri, dan semoga ke kancah internasional”. Karena gerakan ini dibutuhkan oleh negara-negara Asia, Tough Conversations terus tumbuh dan berkembang dalam kampanye kesehatan seksual. Untuk itu, yuk nantikan dan dukung kegiatan-kegiatan selanjutnya dari Tough Conversations di media sosialnya dan tentunya di Twibbonize.
